Militer Dunia – Jepang pernah memiliki sekelompok orang radikal yang sangat berdedikasi dan memiliki keberanian hebat. Mereka membentuk sebuah kelompok pejuang bernama Japanese Red Army/Tentara Merah Jepang (Rengo Sekigun) dan dikenal dengan JRA.Oleh dunia internasional, JRA disebut sebagai organisasi teroris. Bahkan pada masanya, kelompok ini menjadi salah satu kelompok teroris paling ditakuti di dunia. Mereka banyak melancarkan operasi di berbagai negara, termasuk Indonesia.Saat ini, JRA yang disebut sebagai organisasi teroris yang terkenal kejam, diperkirakan telah padam. Kelompok tersebut dinyalir telah bubar. Berikut ini adalah tujuh fakta tentang kelompok JRA.
1. Ada tiga Tentara Merah Jepang
Pada dasarnya, kelompok radikal Jepang dari Tentara Merah ada tiga kelompok. Pertama adalah Faksi Tentara Merah (Kyosando Sekigunha). Mereka kumpulan ekstremis radikal yang memulai gerakan pada akhir tahun 1960-an.
Mereka pernah berencana merebut kediaman Perdana Menteri Jepang tapi gagal total. Pada tahun 1970, mereka membajak pesawat Japan Airlines Penerbangan 351.
Ini adalah penerbangan dari Tokyo ke Fukuoka dan membuat kelompok itu jadi pemberitaan internasional.
Menurut National Police Agency, 129 orang menjadi sandera, termasuk 122 penumpang dan tujuh awak. Usai beberapa sandera dilepas di Bandara Fukuoka dan Bandara Kimpo Korea Selatan, pesawat mendarat di Korea Utara. Para pembajak itu kemudian tinggal di negara tersebut.
Beberapa anggota yang tertinggal di Jepang akhirnya bergabung dengan kelompok ekstremis Tentara Merah lain yakni Perjuangan Gabungan Anti-Perjanjian Keihin (Keihin Anbo Kyoutou). Ini merupakan kelompok yang menolak Traktat Keamanan AS-Jepang pasca Perang Dunia II.
Keduanya membentuk Tentara Merah Bersatu (Rengo Sekigun) yang akhirnya dikenal sebagai JRA dan merupakan Tentara Merah Jepang ketiga yang kemudian melancarkan aksi ke berbagai negara.
2. Tujuan utama kelompok JRA
Kelompok JRA di kemudian hari disebut sebagai Brigade Internasional Anti-Imperialis atau AIIB. Sumber ideologi mereka adalah komunisme dan turunannya seperti Marxisme-Leninisme, Maoisme dan Anti-Imperialisme.
Federation of American Scientist menjelaskan, secara historis, kelompok JRA memiliki tujuan untuk menggulingkan pemerintah Jepang dan mengakhiri monarki negara tersebut. Selain itu, mereka juga berniat membantu mengobarkan revolusi dunia.
Sebagian besar aksinya dilancarkan di luar Jepang meski memiliki tujuan utama menggulingkan pemerintahan dan monarki Negeri Sakura tersebut.
Tidak diketahui di mana pusat lokasi kelompok JRA, namun ada dugaan kemungkinan di Asia atau wilayah Lebanon yang dikuasai oleh Suriah. Sumber dana gerakan mereka juga tidak pernah diketahui dari pihak mana.
3. Pemimpin JRA dan jumlah anggota kelompoknya
Namanya Fusako Shigenobu atau dikenal sebagai Ratu Merah atau Ratu Teror. Dia menjadi kekuatan penuntun utama di belakang organisasai JRA.
Selesai sekolah, Shigenobu bekerja kantoran di pabrik kecap Kikkoman. Tapi kecewa dengan sistem kelas dan seksisme di tempat kerja, ia masuk Universitas Meiji untuk jadi guru sains. Dia kemudian meninggalkan kampus dan berjuang pada revolusi yang ia dan kelompoknya cita-citakan.
Dijelaskan dalam Encyclopedia, Shigenobu tertarik pada ideologi komunis ketika mahasiswa dan menginspirasinya untuk mendirikan JRA pada tahun 1971. Dia menyelaraskan perjuangan dengan Popular Front for Liberation of Palestine (PFLP) karena mereka ditindas oleh Israel yang bersekutu dengan Amerika Serikat dan Barat yang imperialis.
Ada sekitar enam anggota inti JRA. Jumlah simpatisannya tidak dapat ditentukan. Pada puncaknya, kelompok pejuang JRA tersebut mengklaim memiliki 30 hingga 40 anggota.
Meski terkesan tidak banyak, tapi keberanian para anggotanya dan dedikasinya yang tinggi, membuat beberapa operasi teror mereka sangat ditakui karena terkenal kejam dan sangat berani.
4. Rangkaian aksi teror JRA
Ada banyak aksi teror yang telah dilancarkan JRA secara lintas batas di berbagai negara di dunia. Pada tahun 1972, serangan yang terkenal brutal dilakukan di Bandara Lod di Israel (sekarang Bandara Internasional Ben Gurion).
Menurut National Police Agency, serangan itu hanya dilakukan oleh tiga anggota menggunakan senapan otomatis dan granat. Sedikitnya 24 orang tewas dan lebih dari 70 orang lainnya mengalami luka serius dan luka ringan.
Dua anggota JRA tewas dengan bunuh diri sehingga total korban tewas dalam aksi teror tersebut adalah 26 orang.
Pada tahun 1974, JRA menyerang kilang minyak Shell di Singapura, menargetkan bisnis dan menyandera orang-orang yang memiliki hubungan dengan Jepang. Serangan itu menyebabkan kerusakan yang tak terlalu parah dan tak menyebabkan korban jiwa.
Pada 12 September 1974, tiga anggota JRA menyerang kantor Kedutaan Besar Prancis di Den Haag, Belanda. Mereka menuntut pembebasan anggota JRA bernama Yoshiabi Yamada.
Dalam insiden itu, untuk mempercepat negosiasi, teroris Carlos Jackal melemparkan granat ke kerumunan anak muda sebagai peringatan. Encyclopedia mencatat, dua orang tewas dan 34 lainnya terluka. Yoshiabi Yamada kemudian dibebaskan oleh otoritas Prancis.
Pada tahun 1975, sebanyak 10 anggota JRA beraksi merebut Konsulat AS di Malaysia dan menyadera 52 orang. JRA berjanji akan membunuh sandera jika anggotanya yang dipenjara di Jepang tidak dibebaskan.
Hanya lima anggota yang memilih keluar dari penjara, sementara lainnya takut akan tambahan waktu penjara jika nantinya ditangkap kembali.